HANGGUK.COM
 – 
Pemeluk Islam di Korea Selatan boleh dikatakan merupakan kelompok minoritas. Hal itu mengacu kepada jumlah pemeluknya yang hanya sekitar 0,2 persen dari keseluruhan populasi beragama di sana.

Korea Selatan didominasi oleh penduduk yang beragama Kristen dan Konfusianisme. Meskipun bisa dibilang Konfusianisme bukanlah merupakan ajaran agama.

Semenjak Korea Selatan membuka pintunya secara lebar untuk para turis muslim, ketika jumlah turis dari Tiongkok menurun akibat adanya US Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di sana, berbagai kelompok muslim di sana merefleksikan bahwa dirinya memiliki dua identitas.

Pertama, sebagai orang Korea tentunya. Kedua, sebagai kaum muslim yang hidup di Korea.

Dilansir Hangguk.com dari Aljazeera, jumlah turis muslim yang berkunjung ke Korea mengalami peningkatan jumlah sebesar 33% dibandingkan tahun 2015.

Angka tersebut kemungkinan akan bertambah sebesar 1,2 juta orang di akhir tahun 2017. Sebagaimana rilis resmi dari Korea Tourism Organization (KTO).

Berbicara mengenai potensi keuntungan ekonomi yang akan datang, Korea telah memiliki peningkatan dari segi sertifikasi halal untuk restoran dan tempat ibadah (masjid).

Seoul Tourism Organization mempromosikan secara tersendiri melalui video yang menunjukkan berbagai restoran yang ramah, halal bagi turis muslim di sekitar ibu kota.

Islam dan Semenanjung Korea berbagi sebuah kisah sejarah yang menarik dan menimbulkan rasa penasaran yang tinggi.

Dari semenjak era perdagangan Jalur Sutera di abad ke 9 masehi sampai hari ini yang mana menghubungkan berbagai belahan dunia, generasi muda Korea mencoba mencari keseimbangan tentang budaya Korea dan agama yang mereka anut, Islam.

Melacak kembali Sejarah Islam di sana bisa dimulai pada masa Perang Korea 1950-1953. Pengenalan kembali Islam di sana dilakukan oleh Tentara Turki yang datang untuk membantu penyelesaian masalah perang saudara antara Korea Selatan dan Korea Utara.

Beberapa generasi muslim Korea mengungkapkan kepada Aljazera betapa sulitnya mereka harus beradaptasi dengan kultur masyarakat Korea yang didominasi oleh Konfusianisme, dengan aturan kelas sosial, hierarki usia, kebiasaan minum-minuman keras, dan ketidakpercayaan terhadap Islam itu sendiri.

Masjid Pusat Seoul sendiri didirikan tahun 1976 tepatnya tanggal 21 Mei. Masjid tersebut berhasil dibangun berkat bantuan dari Malaysia dan Pemerintah Korea yang menyediakan sebidang tanah untuk pembangunan masjid di atasnya.

Masjid ini diperbesar menjadi tiga tingkat pada tahun 1991 dengan bantuan dana dari Islamic Development Bank (IDB) yang berlokasi di Jeddah, Saudi Arabia.

Masjid Pusat Seoul sendiri dapat menampung lebih dari 800 jamaah ketika pelaksanaan salat Jumat. Masjid ini tepatnya mulai dibangun tahun 1974.^_^

Categorized in: