HANGGUK.COM – Konfusianisme terintegrasi ke dalam setiap bidang kehidupan masyarakat Korea Selatan.

Masa Dinasti Joseon (1393-1910) Konfusianisme mempengaruhi pemikiran, etika, struktur sosial, sistem politik, dan cara hidup orang Korea. Di awal abad ke-18, Konfusianisme diterima semua sektor kehidupan orang Korea sebagai norma sosial.

Berikut ini Hangguk.com paparkan mengapa Konfusianisme bisa berpengaruh besar terhadap kehidupan orang Korea sebagaimana disitat dari Cefia.

1.      Hubungan antar manusia

Titik pusat dari Etika Konfusian adalah lima hubungan (oryun) yang mencakup hubungan orang tua-anak, suami-istri, teman-teman, saudara-saudari, dan penguasa-orang yang dikuasai. Mengacu kepada ajaran Konfusianisme, aturan sosial-politik harus bermula di kalangan keluarga.

Hubungan timbal balik ini menekankan pada pembinaan diri sendiri sebagai dasar untuk menciptakan sebuah hubungan harmonis di masyarakat. Literatur Konfusianisme menekankan Lima Hubungan Antarmanusia itu sebagai budaya dan jalan hidup sebagaimana diajarkan guru bijak mengacu kepada “Mandat dari Surga”.

Hubungan ini tidak hanya bersifat sederhana dan biologis atau sosial semata. Ini juga mencakup prinsip filosofis dan moral. Dalam artian tertentu, etika Konfusianis meminta keselarasan antara sistem politik, sosial, dan moral.

Di Korea, hubungan antarmanusia dihormati sebagai bagian dari sistem nilai sehari-hari. Mereka yang menempati posisi utama adalah penguasa, orang tua, suami, saudara tua, dan teman atau kolega senior. Posisi setelahnya diisi oleh masyarakat, anak-anak, istri, saudara muda, teman atau kolega junior.

Banyak orang Korea percaya bahwa subjek posisi pertama harus melindungi pihak kedua dengan cara yang baik. Pihak yang dilindungi harus menunjukkan rasa hormat dan rasa kepercayaan akan kolaborasi.

2.      Identitas Korea dan Diskursus Moral Publik

Etika Konfusianisme menekankan kepada nilai-nilai moral dan sosial dalam pengertian timbal-balik dan tanggung jawab bersama. Hal ini membutuhkan kerja sama menyeluruh dari jaringan peran tepat antara diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

Di Korea Selatan, wacana tentang sistem nilai ini masih menjadi diskursus umum nasional tentang identitas Korea. Mulai dari sekolah dasar, menengah, dan atas buku teks tentang etika atau sistem sosial didasarkan kepada norma dasar Konfusianisme.

Secara khusus, kesalehan seorang anak adalah salah satu nilai terpenting bagi orang Korea terlepas dari berbagai latar belakang agama mereka. Ini juga merupakan satu penghormatan anak-anak kepada orang tuanya.

Menilik pada alasan ini, penghormatan kepada leluhur melalui ritual disebut ch’arye atau chesa rutin digelar di rumah atau situs pemakaman sebagai contoh praktik Konfusianisme sebagai kebiasaan hidup di Korea Selatan.

Tidak disangsikan lagi, aturan dalam keluarga itu mempengaruhi norma kolektif di tingkat lanjutan seperti sekolah, komunitas lokal, tempat kerja, dan seluruh bangsa. Kesalehan seorang anak mencakup memperlakukan orang lebih tua dengan sopan yeui, dan menghargai, serta menghormatinya.

Kesetiaan chung menjadi nilai dasar dari semangat patriotisme dan identitas nasional. Praktik dari reflesksi diri adalah sebuah bagian penting penempaan diri sendiri. Orang tua dan guru menekankan nilai lain dari Konfusianisme seperti ketulusan dan keseriusan untuk membawa seseorang sukses secara pribadi dan sosial.

Lebih jauh, dunia kebajikan dalam kehidupan manusia diekspresikan dalam istilah yang oleh orang Korea disebut inchong (perasaan manusia), insim (pikiran-hati manusia) dan uri (saling mempercayai, prinsip kebenaran). Semuanya berdasarkan kepada prinsip Konfusianisme.

Inchong adalah gerakan yang berasal dari hati manusia sehingga menimbulkan rasa simpati yang merupakan dasar dari semua hubungan manusia. Insim mengacu kepada kemanusiaan atau saling memahami antarsesama.

Uri menekankan kepada kewajiban bersama untuk berperilaku baik terhadap orang lain atau kelompok sosial manapun di dunia ini.

3.      Pengaruh terhadap Bahasa dan Masyarakat Korea

Bahasa Korea membahas moralitas dan tatakrama sering disampaikan menggunakan tata cara ajaran Konfusianisme. Pola berbicara, gestur tubuh, dan etika Korea merefleksikan nilai Konfusianisme dalam berbagai tingkat kesopanan dan tatakrama.

Contohnya, karakteristik fundamental dari bahasa Korea adalah kyongo atau bahasa penghormatan. Ini menunjukkan satu rasa yang kuat akan perbedaan usia, status sosial, kedudukan, tingkat kedekatan, dan tingkat interaksi alamiah antara pembicara, pendengar, dan juga pihak ketiga dalam percakapan.

4.      Pengaruh Konfusianisme terhadap Budaya Politik

Gagasan Konfusianisme tentang tatanan politik dan stabilitas sosial sangat penting di Korea. Pemerintah Pusat tetap harus menegakkan ketertiban sosial, dan mengontrol sistem pendidikan dan lainnya.

Di Korea Selatan demokrasi telah dinaikkan statusnya menjadi sebuah ideologi resmi di banyak institusi publik dan organisasi.

Banyak orang, termasuk intelektual tidak hanya berbicara mengenai gagasan demokrasi dan lembaganya, namun juga kewajiban sosial dan etika politik dari negara dalam konteks tradisional untuk memelihara kebajikan dan pemerintahan yang baik.

5.      Kesimpulan

Secara keseluruhan, nilai-nilai Konfusianisme tetap menjadi dasar dari kehidupan masyarakat Korea, dan keluarga tetap menjadi inti vital etika Konfusianisme. Sistem Konfusianisme menjadi wacana umum tentang identitas Korea, dan keyakinan beragama seseorang tidak menghalanginya untuk menerapkan etika tersebut.

Setiap orang Korea baik dari penganut agama Buddha atau Kristen contohnya, hampir dipastikan memiliki keterkaitan erat dengan jejaring budaya Konfusian.

Menjadi seorang Korea tidak hanya didefinisikan secara biologis dan regional semata. Namun, itu mencakup istilah budaya termasuk bahasa, keluarga, etos, dan adat istiadat.^_^

Categorized in:

Tagged in: