HANGGUK.COM
 – 
Anda mungkin berpikiran bahwa semua huruf yang digunakan di kawasan Asia Timur sama.

Huruf itu semua berasal dari satu sumber sama. Coba untuk memikirkan ulang hal tersebut. Sistem penulisan baku Korea sendiri bisa dikatakan merupakan salah satu sistem alfabet termuda di dunia.

Seberapa muda huruf Korea yang digunakan saat ini ? Huruf itu diperkirakan berusia 500 tahun (1446 M). Dibandingkan dengan huruf honetician yang berusia sekitar 3000 tahun (1050 SM), tentunya huruf Korea sangatlah muda.

Hari ini Hangeul sangatlah mewakili pribadi orang Korea yang menggunakannya. Orang Korea menyebut dirinya Han-gu-gins.

Masa Sebelum Hangeul

Sebelum abad 15 Masehi, sistem penulisan di Korea menggunakan sistem Hanja. Hanja berasal dari Tiongkok memadukan huruf Tiongkok yang berasal dari perpaduan ajaran Buddha dan kearifan lokal di sana.

Orang Korea pada masa itu mengadaptasi sistem Hanja dalam literatur kenegaraan. Mereka menggunakan Hanja untuk sistem birokrasi, sastra, dan membuat catatan tentang pemerintahan.

Bagaimana elit Korea saat itu mengadaptasi Hanja menjadi sistem baca tulis di negerinya ? Tidak mudah tentunya.

Hanja dan huruf Tiongkok mendasarkan diri pada logographic. Artinya, anda tidak bisa mengeluarkan huruf fonetik seperti halnya dalam bahasa Spanyol, Jerman, dan Inggris.

Banyak sekali huruf Tiongkok yang diturunkan daripada sebuah ilustrasi, sebagaimana halnya Hieroglif Mesir Kuno. Sebuah sketsa tentang burung berarti burung.  dalam Hanja berarti Gunung.

Sebelum Hangeul tercipta, orang Korea menggunakan Hanja dalam dua cara. Pertama, mereka menggunakannya sebagaimana hal itu semestinya. Banyak elit Korea masa itu yang bisa berbicara dan menulis dalam Bahasa Tiongkok.

Bagaimanapun, bahasa Korea dibuat dan ada karena adanya Bahasa Tiongkok itu sendiri. Orang Korea ingin mengutarakan maksud tersendiri. Maksud pribadi Orang Korea karena mereka bukanlah orang Tiongkok. Beberapa kata dalam Hanja berbeda dengan maksud sebenarnya yang ingin diutarakan orang Korea.

Oleh sebab itu, elit Korea mengadaptasi huruf Hanja ke dalam huruf fonetik Korea.

Jika sebuah simbol Hanja terdengar seperti kata dalam bahasa Korea, orang Korea menggunakan simbol untuk mewakili kata Korea-nya.

Contohnya, bayangkan pisang sebagai kata Tiongkok sebagaimana arti sebenarnya, pisang. Lalu, bayangkan ada kata dalam bahasa Korea berbunyi vamama, yang berarti “pengembalian pajak”. Bahasa Korea sebelum Hangeul tercipta akan menuliskan seperti ini:

I can’t wait to get my banana so I can buy that sweet new iPhone. (Aku tidak sabar untuk mendapatkan uangku kembali, jadi aku bisa membeli IPhone terbaru yang bagus)

Membingungkan, tentunya. Hari ini rata-rata orang Tiongkok harus mengetahui sekitar 8000 karakter untuk berkomunikasi sehari-hari.

Bayangkan bagaimana kehidupan di Korea saat huruf Tiongkok digunakan. Ditambah, tidak ada pendidikan yang terpusat. Bahasa yang dituliskan dibawa dari bahasa asing diadaptasikan dengan kata miripnya dalam bahasa Korea.

Belajar untuk membaca dan menulis adalah tantangan sebenarnya. Pendidikan di Korea didasarkan pada Konfusianisme. Jika anda bukan pendeta atau memiliki uang berkecukupan, Hanja menjadi di luar jangkauan orang yang memiliki strata sosial rendah.

Oleh karena itu banyak orang Korea yang tidak melek dalam baca tulis. Orang biasa tidak bisa menyatakan protes kepada pemerintah, menulis surat cinta, atau belajar tentang dunia luas di luar desanya.

Kemanapun mereka terbatas hanya dengan tradisi lisan. Bahkan, untuk para elit, bagian dari identitas kultural mereka dipinjam dari budaya lain (Tiongkok).

Raja Sejong yang Agung

Jika anda berlibur di Korea dan melawat ke Lapangan Gwanghwamun menuju Istana Gyeongbokgung di ibu kota Seoul, anda akan menemukan patung setinggi enam meter. Dialah Raja Sejong yang Agung, salah satu pemimpin Korea paling terkenal.

Lahir tahun 1397 di masa awal Dinasti Joseon berkuasa, Sejong adalah pemimpin intelektual. Dia membuat kodifikasi kalender dan membuat buku panduan untuk para petani. Buku tentang teknik bertani itu disebarkan ke seluruh Semenanjung Korea.

Sejong dibantu tangan kanannya bernama Jang Yeong-sil ingin membuat sebuah katalog serbaguna, termasuk tentang bagaimana cara mengukur kubik air.

Sejong merupakan seorang patriot sejati. Dia berpikir jika Korea ingin maju dan setara, bisa bersaing dengan bangsa lain, dibutuhkan sesuatu yang bisa mengekspresikan secara penuh pemikiran dan ide organik dari orang Korea itu sendiri.

Sejong pikir orang Korea harus memiliki sebuah sistem penulisan dan alfabet yang merefleksikan bahasa Korea sebagaimana bahasa lisannya.

Dibantu dengan sekelompok kecil pemikir di istana, Sejong ingin kata baru itu bisa mewakili apa yang diucapkan orang Korea ketika dituliskan. Lahirlah Hangeul.

Tanggal 9 Oktober di Korea diperingati sebagai Hari Lahir Hangeul. 9 Oktober 1446 Hun-minjeong-eum dipublikasikan kepada masyarakat. Sekaligus juga diberitahu cara manual bagaimana menggunakan Hangeul.

Sejong sendiri menulis kata pengantarnya. Dia mendeskripsikan sistem tulisan ini adalah cara untuk memutus mata rantai tidak melek baca tulis masyarakat Korea.

Dia ingin mendemokratisasi bahasa tulisan dan memberikan kesempatan semua orang Korea untuk maju.

Hangeul secara cepat diadaptasi oleh wanita dan para penulis dari strata sosial lebih rendah. Mereka bisa belajar secara mandiri.

Hangeul Ditolak Bangsawan

Bagaimanapun, selalu ada ketidaksetujuan. Hangeul sendiri ditolak oleh Yangban. Sebutan untuk kelas bangsawan terdiri dari pegawai negeri, dan para sarjana Konfusianis. Yangban memegang peranan penting dalam mengelola negara. Mereka membuat regulasi dalam pemerintahan Korea.

Menjadi seorang Yangban, mereka harus melewati gwageo. Ujian negara dengan membaca dan menulis dalam sistem Hanja. Tes ini hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah mendalami pelajaran selama bertahun-tahun, dan tentunya punya uang banyak.

Yangban merupakan kelompok fantatik pengguna Hanja. Bagi mereka, Hanja adalah satu-satunya sistem yang paling benar dalam literatur. Ini juga menandakan pemisahan antara orang kaya dan orang miskin.

Tahun 1504, Raja bertangan besi Yeonsangun membatasi penggunaan Hanja dan membunuh semua menteri yang memprotesnya, dan juga membunuh anggota keluarganya.

Akhir abad ke 16, penulis tradisional Korea mulai menulis dengan Hangeul untuk cerita mereka. Beberapa abad setelahnya, tepatnya di akhir abad ke 19, korupsi merajalela disertai kebodohan massal terjadi di Korea.

Raja Kojong yang sedang berkuasa memproklamirkan Reformasi Gabo. Berisi penghapusan perbudakan, menghapuskan Yangban, dan memperkenalkan sistem edukasi dan pekerjaan berbasis jasa.

Lebih penting lagi, Reformasi Gabo mewajibkan semua dokumen pemerintahan ditulis dalam Hangeul. Sekolah mulai mengajarkan Hangeul. Koran-koran mulai mencetak berita dalam Hangeul.

Pendudukan Jepang

Tahun 1910 Jepang menduduki Korea. Mereka mendeklarasikan bahasa Jepang sebagai bahasa resmi untuk digunakan. Jepang melarang pengajaran sastra Korea dan membawa Korea kepada kehancuran ekonomi dan perbudakan seks massal.

Jepang akhirnya membolehkan orang Korea menjalankan apa yang dikehendaki. Salah satunya mengajarkan dan mempelajari Hangeul di sekolah dan universitas.

Beruntungnya ada perkumpulan Korean Language Society. Perkumpulan ini dibentuk dengan tujuan melestarikan Huruf Hangeul dalam Bahasa Korea. Hasilnya, Hangeul tetap eksis sampai sekarang.

Dilansir Hangguk.com dari What to do in Korea.^_^

Categorized in:

Tagged in:

,