HANGGUK.COM – Prinsip Konfusianisme banyak diadopsi oleh berbagai dinasti silih berganti dan juga kerajaan yang memerintah Semenanjung Korea di masa lalu.
Studi tentang teks klasik Konfusiansime menjadi bagian penting dari pendidikan dan termasuk ke dalam materi ujian untuk menjadi pegawai negeri saat itu.
Konfusianisme dipraktikkan secara berdampingan dengan agama resmi negara, Buddha, dan juga kepercayaan lokal seperti animisme.
Agama Buddha merupakan kepercayaan yang dianut ketika di sisi lain Konfusianisme diadopsi oleh pemerintahan dan juga kehidupan masyarakat secara luas.
Filsuf Tiongkok bernama Konfusius atau Kongzi hidup sekitar abad ke 6 Sebelum Masehi. Ajarannya kemudian dikembangkan dan dikodifikasi oleh dua orang filsuf yang muncul belakangan, Mencius (Mengzi) dan Xunzi (Hsun Tzu).
Secara bersama, ketiga serangkai filsuf Tiongkok kuno tersebut membentuk sebuah aliran filosofis yang terkenal dengan nama Konfusianisme.
Keharmonisan moral pribadi dan hubungan langsungnya dengan harmoni yang ada di dunia fisik serta pembuat hukum dan guru merupakan contoh utama manusia bagi masyarakat keseluruhan.
Menariknya, politik, oleh karena itu ketika mengikuti dan menerapkan prinsip daripada Konfusianisme ini lebih mementingkan hubungan yang harmonis di segala bidang daripada institusi politik itu sendiri.
Pilar sentral lainnya daripada Konfusianisme adalah keharmonisan moral individu manusia yang secara langsung berkaitan dengan keharmonisan kosmik (alam).
Apa yang satu pihak lakukan akan berdampak kepada pihak lainnya. Contoh sederhananya, keputusan politik yang sewenang-wenang akan mengakibatkan bencana alam seperti banjir.
Contoh hubungan langsung antara alam fisik dan moral dibuktikan dengan perkataan, “Surga tidak memiliki dua matahari, dan masyarakat tidak memiliki dua raja”.
Konsekuensi daripada pemikiran tersebut, bahwa hanya ada satu kesatuan lingkungan kosmik antara manusia dengan alam. Hanya ada satu jalan hidup dan satu sistem politik yang benar.
Jika masyarakat gagal, itu karena salah pemahaman mengenai teks suci maupun cara pengajarannya, teks itu sendiri mengandung Jalan Kebenaran. Namun, penganut Konfusianisme harus mencari dan menemukan jalan tersebut.
Di abad ke 2 Sebelum Masehi, Konfusianisme menjadi agama resmi negara di masa kekuasaan Dinasti Han, Tiongkok. Semasa Dinasti Tang, 618-907, semua kuil didirikan merujuk kepada Konfusius itu sendiri di semua kota administratif.
Studi tentang teks klasik Konfusianisme menjadi bagian esensial pendidikan dari setiap anggota keluarga bangsawan dan dijadikan materi ujian bagi mereka yang ingin bergabung sebagai pegawai negeri.
Dilansir Hangguk.com dari Ancient.