HANGGUK.COM – Kerajaan Silla yang berkuasa di masa itu memiliki enam provinsi (pu). Pemerintah Pusat mengangkat pejabat untuk mengatur masing-masing provinsi.
Raja-raja Silla sendiri sepertinya tidak memiliki kekuasaan besar dibandingkan raja negara tetangga. Karena mereka berbagi kekuasaan dengan sebuah dewan kecil yang diisi oleh bangswan (hwabaek). Dewan ini sering memutuskan berbagai masalah penting di negara Silla, contohnya; deklarasi perang.
Silla tidak selalu diperintah oleh raja. Dua ratu pernah memerintah kerajaan ini, yakni Ratu Seondeok (632-647), dan Ratu Jindeok (647-654). Kedua ratu ini menjadi penguasa Silla karena ayah mereka, Raja Jinpyeong (579-632) tidak memiliki keturunan laki-laki.
Masa pemerintahan kedua ratu ini ditandai dengan munculnya agama Budha ke permukaan karena menjadi agama resmi negara Silla.
Jindeok mengikuti langkah dari sepupunya, Seondeok dalam meneguhkan kedudukan Silla menjadi penguasa Semenanjung Korea.
Selanjutnya, di masa kemudian akan ada perempuan ketiga yang menjadi Ratu Silla, Jinseong, berkuasa di tahun 887-898 pada masa Kerajaan Silla yang Bersatu.
Sebagian besar masyarakat Kerajaan Silla berprofesi sebagai petani yang menggarap lahan masing-masing. Namun, mereka juga siap untuk membantu pemerintahan ketika dibutuhkan.
Misalnya, ketika membangun sebuah benteng pertahanan, dan bergabung menjadi Tentara Silla ketika perang dikumandangkan.
Bangsawan mendominasi posisi administratif negara dan juga keagamaan dengan kekayaan mereka yang datang dari perdagangan serta tanah negara hasil pengelolaan budak mereka. Budak ini biasanya diambil dari penjara dan juga mantan narapidana.
Pemuda bangsawan Silla dididik dalam Hwarang, Sistem Anak-anak Bunga. Meskipun diajarkan tentang ajaran kasih sayang Budha, mereka diajarkan juga tentang perang dan heroisme.
Tahun 520, Raja Beophung mengenalkan sistem bone rank system (Golpum atau Kolpum). Klasifikasi sosial ini didasarkan pada kelahiran seseorang yang memastikan orang dengan status tertentu boleh melamar suatu pekerjaan secara spesifik sesuai kasta sosialnya. Sistem ini juga mengatur tentang besar pajak yang harus dibayarkan orang itu.
Ada tiga kasta dalam sistem sosial ini, sacred bone (seonggol), true bone (jingol), dan head rank (tupum).
Sistem sosial ini membedakan orang mulai dari warna pakaian yang dapat mereka pakai, kendaraan yang boleh digunakan, ukuran rumah yang harus ditinggali, dan tentunya tidak ada mobilitas sosial vertikal ke atas dalam sistem ini. Sangat kaku dan para ahli memperkirakan ini adalah salah satu faktor dari runtuhnya Kerajaan Silla.
Kesenian dari masa Silla yang terkenal berasal dari emas dan perunggu. Itu didapatkan dari penggalian di berbagai kuburan batu masa Kerajaan Silla.
Ibu kota Silla yang bernama Geumseong juga berarti “Kota Emas”. Tidak hanya mahkota raja, berbagai macam perhiasan, sabuk, sepatu, dan cangkir terbuat dari lapisan emas.
Dilansir Hangguk.com dari Ancient.^_^