HANGGUK.COM – Masyarakat Korea memiliki alfabet tersendiri yang mereka gunakan disebut dengan Hangeul.
Hangeul diperkirakan merupakan salah satu huruf paling efisien di dunia dan dipuji oleh ahli bahasa untuk bentuk dan keindahannya.
Hangeul dibuat pada masa Raja Sejong saat Dinasti Joseon berkuasa (1393-1910 M). Tahun 1446, sistem huruf pertama Korea diperkenalkan dengan nama Hunmin chong-um. Berarti, “Suara yang tepat untuk memerintah rakyat”.
Raja Sejong, pembuat huruf Hangeul, merupakan salah satu raja besar yang pernah memerintah dalam Sejarah Korea.
Dilansir Hangguk.com dari Zkorean, rasa kagum akan sikap bijaksana dan ketekunannya, Raja Sejong merupakan seorang cendekiawan di hampir semua bidang pengetahuan kala itu.
Selama masa kekuasaanya, Raja Sejong menyayangkan kenyataan bahwa masyarakat biasa tidak terlalu cerdas menggunakan huruf Tiongkok dalam proses pembelajaran.
Sejong memahami rasa frustrasi rakyatnya kareana tidak bisa membaca atau mengomunikasikan pemikiran mereka dan perasaannya melaui kata-kata yang dituliskan.
Tulisan Tiongkok digunakan oleh para intelektual di Semenanjung Korea kala itu, namun tetap merupakan tulisan asing.
Hal itu tidak bisa mengekspresikan secara maksimal kata dan maksud dari pemikiran orang Korea dan bahasa verbal mereka.
Oleh karena itu, masyarakat umum memprotes dan menyampaikan keluhan kepada otoritas yang berwenang.
Selain melalui komunikasi lisan, mereka tidak memiliki medium untuk merekam dan mencatat kearifan lokal dalam pertanian serta pengetahuan yang diperoleh selama bertahun-tahun kevada anak-cucunya.
Raja Sejong bersimpati kepada permasalahan masyarakat itu. Sejong dikenal sebagai penguasa yang memiliki dedikasi tinggi kepada identitas nasional dan kemerdekaan kultural Korea, dia bergegas untuk menemukan solusinya.
Dia memimpikan sebuah sistem huruf yang khas Korea dan mudah untuk dipelajari, membuatnya dapat diakses dan digunakan oleh masyarakat biasa.
Lahirlah Hunmin chong-um. Dalam pendahuluan sebelum diumumkan, Sejong mengeluarkan pernyataan sebagai berikut;
“Karena merupakan produk budaya luar, huruf Tiongkok tidak cocok menangkap maksud tertentu dari pemikiran orang Korea. Oleh karena itu, banyak masyarakat biasa tidak memiliki cara untuk mengekspresikan pemikiran dan perasaannya. Bentuk simpati saya atas kesulitan mereka, saya menciptakan sebuah sistem huruf yang terdiri atas 28 buah huruf,” kata Sejong.
“Huruf-huruf itu sangat mudah untuk dipelajari, dan ini merupakan harapan besar saya agar masyarakat dapat meningkatkan kualitas kehidupan di seluruh bidang,” kata Sejong menyambung.
Ketika pertama kali diperkenalkan oleh Sejong, Hunmin chong-um memiliki 28 buah huruf. Sekarang, hanya 24 huruf yang digunakan.