HANGGUK.COM – Kerajaan Silla memiliki sumber daya alam berupa besi dan emas. Berbagai industri manufaktur Silla termasuk baik seperti sutra, produksi kertas, furnitur, keramik, peralatan dan senjata dari logam. Semua hal itu diurus dengan mumpuni oleh pemerintah Silla dengan penuh dedikasi.
Peta Kerajaan Silla yang Bersatu / Koreatimes
Silla menjadi makmur di bawah kekuasaan Jijeung (500-514) dengan hasil pertanian melimpah sebagai akibat daripada dikenalkannya sistem membajak lahan dengan sapi dan sistem irigasi.
Dilansir Hangguk.com dari Ancient, hubungan dengan Baekje menjadi kurang harmonis ketika Silla mengambil lembah sungai yang menjadi bagian dari Han.
Tahun 554, Pertempuran Gwansan (sekarang kota Okcheon) terjadi. Di sini Silla berhasil mengalahkan tentara Baekje dan membunuh rajanya, Song.
Hasil dari pertempuran ini membuat Silla memiliki akses menuju pantai barat Semenanjung Korea dan juga Laut Kuning. Ini memungkinkan mereka untuk bekerja sama dengan Tiongkok.
Kesuksesan selanjutnya dari invasi militer yang dilakukan Silla adalah menyerang Konfederasi Gaya, tepatnya ibu kota Geumgwan Gaya (Bon-Gaya) tahun 532.
Tahun 562, Kota Daegaya juga jatuh dan konfederasi Gaya masuk secara mutlak ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Silla.
Selanjutnya Silla menaklukkan Daeya-dong (kota Hacheon sekarang) tahun 562. Silla menaklukkan berbagai wilayah di sekitarnya dalam ambisi untuk menjadi penguasa tunggal di Semenanjung Korea. Sekarang, hanya tinggal menyisakan dua rival bagi Silla, Goguryeo dan Baekje.
Beruntungnya bagi Silla, di awal abad ke 7, Tiongkok diperintah oleh Dinasti Tang (618-907). Mereka melihat kesempatan untuk memecahkan masalah negara tetangganya dengan adanya keuntungan yang dapat diambil.
Aliansi Tang-Silla akhirnya terbentuk. Namun, tentara aliansi ini dapat dikalahkan oleh Kerajaan Goguryeo di bawah pimpinan jenderalnya yang terkenal, Yang Manchun tahun 644.
Tiga kali setelahnya tentara Dinasti Tang selalu dikalahkan. Lalu, peta politik secara dramatis mengalami perubahan.
Sebuah tentara aliansi Tang-Silla yang besar disertai angkatan lautnya terbentuk untuk satu serangan menentukan. Tentara Silla berjumlah 50.000 orang dipimpin oleh Jenderal Kim Yu-sin di samping Kaisar Tang, Gaozong mengirimkan angkatan laut sebesar 130.000 orang. Mereka berlayar menuju Sungai Geum.
Gabungan Tentara Tang-Silla ini menyerang Kerajaan Baekje dan menyapu bersih ibu kota Sabi tahun 660.
Silla dengan mudah mematahkan bangkitnya pemberontakan tahun 663. Baekje telah tumpas, Silla semakin berkembang.
Kekaisaran Tang menjadi bagian penting dalam permasalahan Semenanjung Korea ketika yongyang, ibu kota Kerajaan Goguryeo diserang tentara Tiongkok tahun 661 dan 667.
Setahun setelahnya, tahun 668, Pyongyang jatuh. Kerajaan Goguryeo dijadikan salah satu provinsi dari Kekaisaran Tang seperti halnya wilayah Kerajaan Baekje.
Masalah dalam negeri Tiongkok terjadi ketika Tibet melakukan perlawanan. Hal ini dilihat Kerajaan Silla sebagai kesempatan untuk menghentikan aliansi dengan Dinasti Tang dan mengambil alih seluruh semenanjung dari kekuasaan Tang.
Hal ini dibuktikan dengan kemenangan Silla melawan Tang dalam Pertempuran Maesosong (675), dan Kibolpo (676). Setelahnya, ambisi Silla menjadi penguasa tunggal di Semenanjung Korea akhirnya terwujud.