HANGGUK.COM – Kesenian Korea mulai dari lukisan, kaligrafi, puisi, dan tidak lupa seni dekorasi visual dibuat oleh masyarakat Korea selama beberapa abad.
Sebagaimana penuturan Profesor Emeritus Arkeologi dari Seoul National University, Won-Yong Kim, kesenian yang dihasilkan masyarakat Semenanjung Korea memiliki tingkat keindahan, motif, dan teknik yang tinggi. Tidak kalah mengagumkan dengan kesenian di Tiongkok dan Jepang.
Keindahan dan kekuatan dari kesenian Korea terletak pada kesederhanaan, spontanitas, dan perasaan harmonis dengan alam.
Dasar dari kesenian Korea diketahui berasal dari masa Tiga Kerajaan (57 SM-668 M). Semakin paten dan terkenal ketika Kerajaan Silla yang Bersatu eksis tahun 668-935.
Sikap tradisional yang menerima alam sebagai hasil karunia Ilahi dinilai sebagai seni yang sederhana dan apa adanya.
Kesenian Korea contohnya mengedepankan keindahan suatu kulit kayu dengan pola alami yang ada dalam permukaan kayu itu.
Pembuat kerajinan tembikar Korea di masa kuno biasanya tidak terlalu memperhatikan tentang kesempurnaan hasil dari pada permukaan, potongan, maupun bentuk jadi dari barang yang dia buat.
Fokus dari pembuat tembikar kala itu untuk membawa sifat alami atau karakteristik asli dari material dan benda yang dia kreasi. Pembuat tembikar karenanya bekerja tidak dengan mementingkan dirinya sendiri. Dia menghasilkan barang dagangan yang menarik dan sederhana serta memiliki nilai seni tersendiri.
Kesederhanaan tidak hanya diterapkan dalam barang bernilai ekonomi, namun juga digunakan untuk membuat motif dekorasi dan peralatan sehari-hari. Campur tangan manusia dalam mengubah bentuk suatu hasil kesenian diminimalisir dalam hasil seni orang Korea.
Sebuah tangkai bunga, untuk contohnya, mungkin digambar dengan warna biru di samping warna putih vas porselen atau botol. Namun, tidak semata-mata hanya untuk mengisi kekosongan ruang. Efek ini dimaksudkan untuk memperluas latar belakang warna putih.
Pengelakan yang ekstrim juga merupakan salah satu karakteristik dari kesenian orang Korea. Garis lurus yang mutlak tidak terlalui disukai dibandingkan pola kurva.
Bentuk kontur tebal dalam mangkok berasal dari Dinasti Song (960-1279) di Tiongkok menjadi indah dilihat, sama halnya pola garis melengkung dalam mangkok berasal dari Kerajaan Goryeo di Korea (918-1392).
Pola garis melengkung dalam arsitektur atap bangunan Tiongkok dimodifikasi di Korea menjadi bentuk atap yang memiliki kesan lebih halus, sederhana.
Bentuk sudut, pola garis kuat, latar yang tegas, dan berbagai macam warna mengkilat menjadi terelakkan semua dalam kreasi seni orang Korea. Keseluruhan efek dari berbagai macam hasil seni Korea secara garis besarnya menimbulkan kesan yang kelaki-lakian dan lembut. Itu adalah suatu kesenian dari pendekatan yang alamiah.
Apa yang terlihat lebih mencolok tidak dijadikan sebagai pola utama sebagai harmoni sunyi di dalam hasil seni itu sendiri.
Masa perkembangan Kesenian Korea
Arkeolog dan linguis menemukan bukti yang mengindikasikan bahwa masyarakat Korea menyebar secara alami ke seluruh Semenanjung Korea dari wilayah Siberia (Rusia sekarang) melalui jalur Manchuria. Situs prasejarah berasal dari masa Paleolitik dan Neolitik ditemukan di sepanjang Semenanjung Korea.
Pengaruh sporadis dari Tiongkok dalam kebudayaan Korea dimulai sejak masa akhir periode Neolitik, namun pengaruh secara intensif terjadi tahun 108 SM ketika masa pendudukan dinasti Han di sebelah barat laut semenanjung.
Bukti terkuat menunjukkan bahwa itu terjadi di daerah Nangnang, dekat Pyongyang. Dari pusat penyebaran kebudayaan Tiongkok ini, penempaan besi dan teknik membuat barang tembikar dibuat. Dari sana roda putar pembuat tembikar dan alat pembakarannya menyebar ke seluruh semenanjung.
Tembikar dari masa awal Neolitik diproduksi di 6000 tahun SM. Barang itu berupa tempat duduk datar dengan dekorasi garis horizontal, sebuah pola zigzag sepanjang lingkaran, serta titik-titik dan kuku tangan yang menunjukkan bahwa manusialah pembuatnya.
Pada 5000 tahun SM, ditemukan tembikar berupa sisir atau barang terkait dengan aksesoris rambut yang memiliki karakterisitik bentuk lingkaran dan pola geometris. Tembikar ini seperti terbuat dari tulang ikan hering, berlika-liku, dan berbentuk semi bulat.
Barang itu memiliki kaitan dengan tradisi prasejarah dari kesenian Siberia yang berasal juga dari masa Neolitik.
Di masa selanjutnya yakni zaman perunggu (1000-300 SM) dan Masa Besi Awal (300-1 SM) berbagai tipe tembikar lebih meningkat dari versi sebelumnya. Berbagai kepingan tembikar yang merupakan turunan dari tembikar Tiongkok banyak ditemukan di wilayah utara semenanjung Korea.
Selain itu, permukaan tembikar yang sudah dicat ini digunakan di seluruh semenanjung Korea. Tanah liat, tulang, dan patung kecil dari batu yang duduk atau berdiri dari kepercayaan animisme-dinamisme Korea saat itu diketahui diproduksi di wilayah barat laut.
Berasal dari situs kuno Musan dan Kul’po-ri. Tanah liat berbentuk hewan babi digunakan sebagai jimat kelahiran dan keberuntungan.
Selama masa perunggu dan Besi, pusat pekerjaan didirikan di Korea. Pisau belati dari perunggu, kaca, dan tongkat penuh lubang, sama dengan tradisi Siberia kuno. Pisau belati ini sama dengan yang digunakan oleh masyarakakat Scythian di padang rumput Eurasia.
Cermin bukan berasal dari tipe Tiongkok, dengan dua pegangan yang ditempatkan di tengah, desain geometris dibuat dengan segitiga yang diarsir dengan rapi.
Tipe segitiga seperti ini menyebar di wilayah Eurasia mulai dari Hallstatt di Austria hingga Minusinsk di sepanjang Sungai Yenisey di lembah Siberia. Desain cermin itu merupakan inovasi dari kaca bergaya Huai dari masa pra-Han di Tiongkok.
Bukti lain dari keberadaan tradisi seni Siberia di masa prasejarah Korea bisa dilihat dalam lukisan batu yang ditemukan tahun 1970 di Pan’gudae, di pantai tenggara Korea Selatan.
Berbagai garis digambar menunjukkan siluet berupa binatang termasuk paus, lumba-lumba, harimau, serigala, dan rusa. Di permukaan batu dengan ukuran 8 meter panjang dan 2 meter lebar itu, lukisan dibuat secara halus di permukaan batu.
Beberapa binatang bahkan digambar senyata mungkin dengan adanya “garis kehidupan” yang membentuk mulut hingga anus seperti dalam seni lukis batu di Siberia. Seorang dukun, pemburu, dan nelayan juga turut digambarkan.
Periode besar pertama dalam kesenian Korea terjadi selama masa Tiga Kerajaan terekam tahun 57 SM-668 M, ketika semenanjung dikuasai oleh tiga kerajaan berbeda.
Pastinya semakin penasaran, kan ? Tetap baca terus Hangguk.com.