HANGGUK.COM – Masa Tiga Kerajaan di Korea menaruh peran penting dalam kesenian Korea.

Kerajaan Koguryo (Goguryeo) berada di bagian paling utara semenanjung. Kerajaan ini ada dari tahun 37 SM-668 SM. Pertama didirikan di selatan Manchuria, Koguryo memiliki gaya hidup sehari-hari yang berdasar pada tipikal keras khas orang Asia Utara.

Karakteristik orang Koguryo yang keras ini diakibatkan lahan untuk bercocok tanam amatlah kurang, dan kerasnya iklim yang mereka alami.

Kerajaan Baekje yang eksis sejak 18 SM-660 SM berada di wilayah barat daya semenanjung. Sebelah selatan dari ibu kota Seoul, Korea Selatan sekarang.

Ini merupakan wilayah yang mudah mendapatkan pengaruh budaya asing. Kesenian Baekje karenanya sangat terbuka dan mau menerima pengaruh Tiongkok.

Kebudayaan Tiongkok utara lebih berkembang dan terkenal di Kerajaan Koguryo, di saat wilayah selatan menerima pengaruh kebudayaan Tiongkok daratan yang secara mudah menyeberangi Laut Asia Timur.

Kerajaan Silla adalah monarki paling tua di semenanjung Korea yang ada dari tahun 57 SM-668 M. Bekas ibu kotanya sekarang menjadi Kota Kyongju dan mencakup seluruh wilayah tenggara dari semenanjung Korea sepanjang sungai Naktong.

Wilayah awal dari Kerajaan Silla adalah yang sekarang menjadi bagian provinsi Kyongsang-uk. Daerah ini merupakan wilayah pegunungan terpencil yang menjelaskan secara tidak langsung hasil kesenian orang Silla dengan kekhususan dan konservatismenya.

Penyebaran agama Budha di Koguryo dari Tiongkok sekitar tahun 372 membawa perkembangan pesat dari keseniannya.

Para raja Koguryo mulai membangun kuil, pagoda, dan patung yang menggambarkan Sang Budha. Di abad ke 6, para raja Silla dan Baekje mengonversi keyakinan mereka menjadi Budha. Sampai abad ke 15, pengaruh Budha sangat terasa kental dalam hasil seni orang Korea.

Selama masa Tiga Kerajaan, ada tiga pusat kebudayaan di semenanjung. Pertama, Pyongyang ibukota Koguryo barat laut, Kongju-uyo di jantung ibu kota Baekje sebelah barat daya, dan Kyongju, ibukota Silla di sebelah tenggara semenanjung.

Silla dan Baekje berdampingan dengan negara Gaya wilayah tengah selatan. Gaya secara kultural terpengaruh oleh Jepang. Kerajaan Baekje pertama kali yang mengenalkan Budha dan sistem penulisan Tiongkok ke Jepang. Imigran Korea Selatan yang pindah ke Jepang mendirikan pusat pelajaran dan kesenian yang penting.

Tembikar Sue dari Tumulus atau Kofun (diketahui dari Masa Penguburan Besar) merupakan versi Jepang dari periuk abu-abu Silla. Bahkan lukisan dinding terkenal di Kuil Horyu terletak di Nara, Jepang, dibuat oleh seorang seniman dari utara Korea bernama Tamjing. Tamjing berasal dari Kerajaan Koguryo.

Kecuali untuk beberapa gambaran tentang Sang Budha dari perunggu, tanah liat, dan fondasi dari kuil serta pagoda, sedikit sekali pengaruh dari kesenian Koguryo terhadapnya.

Kebanyakan hasil seni Korea dihasilkan dari wilayah selatan berasal dari Kerajaan Baekje dan Silla. Baekje adalah kerajaan pertama yang menggunakan granit dalam membuat bangunan pagoda dan patung.

Setelah masa Tiga Kerajaan, granit yang berlimpah ruah di Korea secara luas digunakan dalam konstruksi dan seni pahat.

Pagoda batu granit di Korea keberadaannya berbeda dengan pagoda batu bata merah di Tiongkok, dan juga pagoda kayu yang ada di Jepang.

Keberadaan kesenian sekular di periode ini terutama berada pada hadiah yang dibawa dan diletakkan di batu nisan.

Keberadaan benda seni itu tidak terlalu banyak di Koguryo, karena makam terlalu mudah untuk dibongkar dan barang-barang di sana dicuri.

Bagaimanapun banyak tembikar yang digunakan sebagai perhiasan pribadi, tidak terjaga di paruh kedua abad ke 20 dari pencurian makam masa kerajaan Baekje dan Silla.

Ekskavasi yang dilakukan tahun 1971 di makam Raja Munyong (wafat 523) dan ratunya di Kongju memperlihatkan harta karun yang banyak termasuk mahkota emas, barang dari perak, perunggu, dan berbagai barang dekoratif hiasan. Makam tersebut sekarang sudah masuk ke dalam daftar situs Warisan Dunia.

Bagian besar dari kesenian Silla Kuno ditemukan di pemakaman massal sekitar area Kyongju. Tambang emas Silla yang kaya, peneliti bekerja secara maksimal dan menemukan banyak ornamen emas merefleksikan julukan kuno dari Jepang Manokagayaku Shiragi (Mata yang Menerangi Silla).

Lukisan

Lukisan awal hasil orang Korea diketahui berasal dari masa Tiga Kerajaan. Lukisan berbagai macam makhluk hidup berupa warna mewakili kepercayaan lokal, Budha, dan Daoisme yang menunjukkan roh naik ke surga serta gugusan bintang.

Tidak ketinggalan bagian yang menunjukkan kehidupan sehari-hari bangsawan Koguryo yang diselamatkan dari lebih 80 makam berlokasi di sepanjang Sungai Yalu (Amnok) dekat dengan Ji’an, Tiongkok. Selain itu, berasal dari daerah selatan yongyang, dan di wilayah Anak provinsi Hwanghae.

Meskipun kebiasaan melukis di dinding plester ruangan makam menyebar di Baekje dan Silla bahkan sampai ke Kyushu, Jepang, hanya beberapa mural saja dari masa itu yang dapat diselamatkan.

Lukisan dari masa Tiga Kerajaan terutama berasal dari mural yang ada di makam. Makam paling muda berasal dari Koguryo, Makam dari Tongsu, dan juga makam dari selatan Pyongyang dibangun sekitar tahun 357.

Semua makam itu diketahui usianya terkecuali makam Tokhung-ni, yang menurut sebuah prasasti berasal dari 408 M, namun tidak dapat diklasifikasikan lebih detil. Diperkirakan bisa berasal dari masa lebih awal atau lebih akhir.

Mural makam paling awal diteliti menunjukkan kematian seorang bangsawan dan istrinya. Mural itu dibuat di dinding batu plester dengan pigmen mineral.

Warna yang digunakan dalam mural mencakup hitam, kuning, coklat merah, hijau, dan ungu. Karakteristik umum dari mural itu terkesan lembut.

Di tingkatan selanjutnya masih ada mural lain menunjukkan kematian seorang bangsawan dan hubungannya dengan beberapa kejadian penting di kehidupannya, mencakup berkah dalam hidup serta hubungan dengan Pencipta.

Di makam tentang Orang-orang Berdansa di wilayah Tonggou sekitar Ji’an, bangsawan ditunjukkan di dinding utara ruangan sedang berpesta dengan pendeta Budha yang datang berkunjung.

Rombongan orang berdansa digambarkan di dinding timur, dan adegan perburuan digambar di dinding barat. Garis halus dari fase pertama lukisan mural Korea belakangan terganti oleh garis tebal, gambar binatang, yang berbeda dengan gaya Tiongkok. Dalam adegan perburuan, pemburu di atas kuda menembakkan panah ke arah harimau dan kuda yang sedang berlari.

Berbagai kesan dinamis dari karakteristik lukisan Koguryo ini mencerminkan semangat keberanian dari rakyat sendiri.

Pada fase ketiga dan terakhir dari kesenian mural Koguryo, teknik lukisan mural meningkat dan terkesan diperbaiki di bawah pengaruh karya lukisan Tiongkok.

Penanggalan karya seni itu diperkirakan berasal dari paruh pertama abad ke 7, lukisan dari tiga area pemakaman di Uhyon-ni, dekat Pyongyang, dan makam Empat Dewa di Ji’an adalah contoh terbaik dari fase akhir gambar lukisan dinding Koguryo.

Seni melukis makam menyebar ke Baekje dimana ada dua contoh lukisan dinding makam di pemakaman Songsan-ni, Kongju serta di Nungsan-ni, Puyo. Makam Raja Munyong (501-523) di Kongju dihiasi dengan gambar ikan, naga, dan bunga teratai terbuat dengan indah dari tinta berlatar belakang merah.

Contoh terbaik lukisan berasal dari masa Silla Kuno berupa pelana penunggang kuda yang terbuat dari berbagai lapisan kulit kayu ditemukan di Makam Kuda yang Menyenangkan di Kyongju tahun 1973. Lukisan itu menggambarkan seekor kuda putih berlari kencang sedang diapit oleh desain sekelompok pohon kamper.

Categorized in:

Tagged in: