Kampus IPB Lirik Potensi Bisnis TKI Purna
Besarnya remitansi kiriman TKI Purna telah mendorong Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk berbisnis dengan TKI. Ada 5 Paket-Paket usaha yang disampaikan Rektor IPB, Prof Dr Ir Herry Suhardianto kepada Kepala BNP2TKI, Moh Jumhur Hidayat pada saat kunjungannya ke BNP2TKI, Senin (26/11).
Jakarta, BNP2TKI (26/11) Besarnya remitansi kiriman TKI Purna telah mendorong Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk berbisnis dengan TKI. Ada 5 Paket-Paket usaha yang disampaikan Rektor IPB, Prof Dr Ir Herry Suhardianto kepada Kepala BNP2TKI, Moh Jumhur Hidayat pada saat kunjungannya ke BNP2TKI, Senin (26/11).Menurut Herry, kelima paket usaha itu pertama bidang Agroforestry untuk penanaman pohon Sengon, Jeruk Limo, Kapulaga. Modal usaha ini Rp30 juta dengan proyeksi pendapatan Rp3,3 perbulan.
Kedua, Rumput Gajah dengan modal usaha sebesar Rp20 juta, proyeksi pendapatan Rp3,5 perbulan. Ketiga, Hortikultura untuk penanaman Timun, Kacang Panjang, Paria, Terigu dengan modal Rp77,9 juta. Proyeksi pendapatan Rp19,5 perbulan. Keempat, bidang usaha Peternakan Sapi sebanyak 20 ekor dengan modal Rp250 juta dan Proyeksi pendapatan Rp9,6 per bulan. Dan kelima, yaitu bidang Perikanan khususnya budidaya Gurame dengan modal Rp76.5 juta dan proyeksi pendapatan Rp14 juta per bulan.
Untuk lahan, kata Herry, saat ini IPB sudah menginventarisasi lahan produktif di Cijeruk sebanyak 120 Hektar untuk potensi agroforestry, rumput gajah, peternakan, perikanan. Lahan itu juga ada di desa Sukajaya seluas 50 Ha untuk usaha Agroforestry, Hortikultura. Juga ada lahan di desa Cibungbulangseluas 24 Ha untuk bidang Agro, Hortikultura. Di daerah Cigudeg disediakan lahan seluas 5 Ha untuk Agroforestry dan di Dramaga seluas 5000 M2 untuk sektor perikanan.
Menurut Herry, sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi lahan besar. Usaha-usaha yang ditawarkan itu dari sisi kebutuhan modal relatif kecil dan keuntungan yang menjanjikan.
“Kami membantu dengan fleksibilitas teknologi dan skala usaha,” paparnya.
Rektor IPB memahami, perbankan selama ini belum tertarik untuk membantu pengembangan usaha kecil. Karena itu, program yang ditawarkan ini dari sisi usaha berskala medium. Usaha ini tentu cocok untuk para TKI Purna yang belum memiliki usaha khususnya di bidang pertanian.
Usaha bidang pertanian ini, lanjut Herry, dapat dilakukan oleh semua angkatan kerja. Para TKI diharapkan baik secara per orangan maupun kelompok bisa memanfaatkan tawaran peluang usaha dari kampus IPB ini.
Kepala BNP2TKI, Moh Jumhur Hidayat memberi appresiasi terhadap tawaran IPB agar para TKI Purna membuka usaha bidang pertanian. Diakuinya, selama ini perbankan belum ada yang mempunyai paket-paket usaha selengkap yang dimiliki oleh IPB saat ini.
“Saya sangat mendukung program usaha bidang pertanian IPB,” tegas Jumhur. (zul/toha/ri).
Copas dari situs Bnp2tki
IPB-BNP2TKI Sepakat Kerjasama Usaha Produktif Bidang Pertanian Bagi TKI Purna
Senin, 26 November 2012 14:35
Jakarta, BNP2TKI (26/11) Institut Pertanian Bogor (IPB) dan BNP2TKI sepakat untuk melakukan kerjasama bidang pertanian bagi TKI Purna yang akan kembali ke tanah air. Kerjasama ini bertujuan untuk melakukan pemberdayaan bagi TKI Purna dan keluarganya dengan memanfaatkan skema pembiayaan baik dari TKI Purna, Perbankan maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kesepakatan itu nantinya akan diikat dalam bentuk nota kesepahaman/Memorandum of Understanding (MoU) sebagai payung hukum yang mengikat kedua belah pihak.Dukungan Kepala BNP2TKI Moh Jumhur Hidayat itu disampaikan setelah mendengarkan presentasi Rektor IPB, Prof Dr Ir Herry Suhardianto di ruang kerjanya, Jakarta, Senin (26/11) terkait program IPB untuk membuat kegiatan usaha produktif bidang pertanian bagi TKI Purna.
Pada kesempatan itu, Kepala BNP2TKI didampingi oleh Kepala Biro Perencanaan dan Administrasi Kerjasama, Agusdin Subiantoro.
Menurut Jumhur, secara perorangan kini sudah banyak TKI Purna yang mengembangkan usaha di bidangnya masing-masing. Namun demikian, dari sisi jumlah diakuinya masih terbatas sementara yang lainnya banyak yang menghabiskan tabungannya untuk keperluan yang konsumtif.
“Saya mendukung 100 persen program usaha produktif yang ditawarkan Pak Rektor,” kata Jumhur.
Ia menceritakan, saat ini banyak TKI dari Korea yang setelah habis kontrak 2-3 tahun kembali dengan membawa uang sebesar Rp200-300 juta. Mereka digaji per bulan Rp8,5 juta rata-rata dan dengan lembur bisa mencapai Rp12-15 juta per bulan. Di Hongkong, para TKI PLRT mendapat gaji Rp5,5 juta per bulan. Diantara para TKI itu tidak sedikit yang bingung bagaimana memanfaatkan uangnya untuk usaha-usaha produktif.
Jumhur menambahkan, bagi TKI Korea, paket-paket usaha yang ditawarkan kampus IPB ini tentu tidak terlalu sulit untuk mereka ambil. Dalam setiap kunjungan ke Korea, Kepala BNP2TKI mendapatkan keluhan para TKI yang belum tahu hendak kemana memanfaatkan tabungan yang dikumpulkannya selama bekerja di Korea.
Agar efektif, IPB sebaiknya menawarkan program paket-paket usaha produktif ini kepada para TKI di luar negeri. “Saya silahkan anda datang ke Korea dan Hongkong untuk menawarkan gagasan usaha yang sangat bagus ini,” gugah Jumhur.
Jumhur mengharapkan, usaha yang ditawarkan ini nantinya dikelola oleh lembaga usaha seperti koperasi. Selain penyertaan modal dari TKI Purna, Kepala BNP2TKI juga mengharapkan skema pendanaan dari Perbankan dan BUMN.
“Dengan BUMN PT Penanaman Modal Mandiri (PNM) BNP2TKI sudah memiliki MoU. Tentu saja ini bisa diarahkan pada kerjasama pembiayaan usaha produktif TKI Purna,” gugah Jumhur. (zul/toha/ri).
saya tertarik dengan program ini kebetulan saya tinggal di kampung.