HANGGUK.COMAnnyeonghasaeyo chingudeul, tak terasa hari ini kita sudah menginjak hari ke-18 ramadhan. Bulan Suci Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan kemuliaan, di mana seluruh umat muslim di penjuru dunia berlomba-lomba berbuat kebaikan agar mendapat pahala yang berlipat ganda. Namun ternyata puasa di Korea memiliki suasana yang berbeda.

Bagi kita yang tinggal di Indonesia, tetap beraktivitas selama bulan ramadhan bukan hal yang berat. Karena umumnya sebagian besar perusahaan di Indonesia memberi keringanan dengan penyesuaian jadwal jam masuk atau jam pulang kerja selama bulan ramadhan. Jadi, lebih banyak waktu untuk beristirahat dan beribadah kepada Allah SWT.

Berbeda dengan teman-teman alumni LPK KOMIHWA CIANJUR yang menjalankan ibadah puasa di Korea Selatan. Karena ramadhan tahun ini bertepatan pada musim semi, sehingga durasi waktu puasa menjadi 13-14 jam. Durasi yang terbilang lebih singkat jika dibandingkan dengan ramadhan pada tahun-tahun sebelumnya, bahkan jika bertepatan pada musim panas durasi puasa bisa sampai 17 jam.

“Ini puasa pertama saya di Korea Selatan, lumayan menguras tenaga karena harus berpuasa sambil bekerja dari pagi sampai malam, dilanjut dini hari harus sudah bangun untuk persiapan sahur. Tapi Alhamdulillah saya mudah beradaptasi dan yang terpenting tidak lupa niat untuk beribadah,” Ujar Adul yang baru 9 bulan menetap di sana.

Sama halnya dengan Adul, Syahril yang sudah menetap selama 5 tahun di Korea Selatan pun merasakan beberapa tantangan yang sama setiap bertemu bulan ramdhan, “Sering kali hadir rasa rindu ingin melewati bulan ramadhan bersama keluarga. Ditambah lagi di sini harus pandai menjaga pandangan, tak jarang harus melihat orang lain makan di depan saya”.

Sumber gambar: Dokumen pribadi

Bagi sebagian orang korea yang mungkin masih asing dengan Islam, seringkali melontarkan beberapa pertanyan kepada Syahril jika menolak ajakan untuk makan siang bersama, “Mereka juga sering bertanya kepada saya, apa benar bisa seharian berpuasa, tanpa makan dan minum tapi tetap beraktivitas?” tambahnya.

Namun pertanyaan itu sudah jadi hal biasa baginya, beberapa rekan kerjanya pun sudah mulai bisa memahami dan saling menghargai “Walaupun merantau di negeri minoritas muslim, sebenarnya kita tetap bisa beribadah dengan nyaman asalkan kita mau dan bisa mengomunikasikan dengan baik kepada atasan dan rekan kerja, kalau sudah begitu biasanya mereka akan paham.”

Terlepas dari banyaknya tantangan yang dihadapi keduanya, baik Adul maupun Syahril tetap bersemangat beraktivitas dan memaksimalkan ibadah di bulan suci ramadhan selama tinggal di Negeri Ginseng sana.  

“Memang banyak suka dukanya, tapi Alhamdulillah bisa melewati dengan baik. Yang terpenting lebih banyak pelajaran yang bisa diambil, seperti belajar menjadi pribadi yang lebih mandiri. Di sini juga banyak teman-teman muslim, kadang kita suka buka puasa dan sahur bersama, jadi lebih seru,’’ tutup Syahril.

Sumber gambar: Dokumen pribadi

Begitulah cerita pengalaman suka duka teman-teman alumni LPK KOMIHWA CIANJUR yang harus berpuasa sambil bekerja di Korea Selatan. Barangkali bisa menjadi jawaban bagi teman-teman muslim yang berminat bekerja di Korea tapi masih ragu dan khawatir tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Editor: Yulia Rahma Kamila

Categorized in: